Kunjungan Perdana dari YAICI dan PP Muslimat NU di Pontianak
Guys, pernah dengar tentang stunting? Itu lho, kondisi di mana pertumbuhan anak terhambat karena kekurangan gizi kronis. Nah, di Pontianak Barat, ada masalah serius nih soal stunting. Dan tebak apa penyebab utama yang kita temukan? Kental manis!
Sumber : Liputan Asli |
Sebagai seorang ayah, masa depan anak-anak adalah hal yang paling saya perjuangkan. Melihat angka stunting di negara kita yang masih tinggi, hati saya teriris. Bayangkan, generasi penerus bangsa tumbuh dengan potensi yang terhambat hanya karena kekurangan gizi sejak dini.
Salah satu faktor yang sering luput dari perhatian adalah konsumsi kental manis. Produk yang kerap dianggap sebagai sumber nutrisi ini, nyatanya menyimpan bahaya yang mengancam pertumbuhan anak. Kandungan gula yang tinggi dalam susu kental manis jauh melampaui batas aman konsumsi harian. Akibatnya, anak menjadi lebih mudah kenyang dengan gula, sehingga nafsu makan terhadap makanan bergizi lainnya berkurang. Padahal, anak membutuhkan beragam nutrisi untuk tumbuh kembang optimal.
Kental Manis: Bukan Susu, Tapi Pembunuh Pertumbuhan
Dalam kunjungan kami ke beberapa keluarga dengan anak stunting di sana, kami menemukan fakta mengejutkan. Hampir semua keluarga ini memberi anak-anak mereka kental manis sebagai pengganti susu. "Para Ibu masih beranggapan bahwa kental manis adalah susu" kata Arif Hidayat dari YAICI. Waduh, ini serius banget kan? Kental manis itu kan isinya gula doang, bukan nutrisi dan bukan banyak gizi yang dibutuhkan anak-anak untuk tumbuh kembang.
Kenapa Kental Manis Jadi Masalah Besar?
- Gula Tinggi: Kental manis itu kayak bom gula. Anak-anak jadi kenyang sama gula, tapi kekurangan nutrisi penting lainnya.
- Miskonsepsi atau Miskomunikasi: Banyak orang tua yang masih salah kaprah, menganggap kental manis sama dengan susu.
- Kebiasaan Buruk: Kebiasaan minum kopi susu pakai kental manis di kalangan orang dewasa, tanpa sadar menular ke anak-anak.
- Menghambat Pertumbuhan: Konsumsi berlebihan gula dari susu kental manis dapat mengganggu penyerapan zat besi dan zinc, yang sangat penting untuk pertumbuhan sel dan perkembangan otak.
- Meningkatkan Risiko Obesitas: Kelebihan kalori dari gula akan tersimpan sebagai lemak dalam tubuh, meningkatkan risiko obesitas pada anak.
- Memicu Penyakit Kronis: Konsumsi gula berlebih sejak dini dapat meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, dan masalah gigi pada anak di kemudian hari.
- Menyebabkan Kecanduan: Rasa manis pada susu kental manis dapat membuat anak ketagihan, sehingga sulit untuk membiasakan mereka mengonsumsi makanan dengan rasa yang lebih alami.
Lebih dari Sekadar Kental Manis
Selain masalah kental manis, ada faktor lain yang memperparah stunting di Pontianak Barat. Misalnya, rumah tangga yang padat penduduk, sanitasi buruk, dan kurangnya akses air bersih. "Ada satu rumah yang anaknya juga stunting, ternyata rumah tersebut dihuni oleh 4 keluarga" ungkap Arif. Bayangkan, tinggal serumah dengan 21 orang!
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai orang tua khususnya saya sebagai sebagai bapak/ayah, kita memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah stunting. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:
- ASI Eksklusif: Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan adalah langkah terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
- MPASI Bergizi: Setelah usia 6 bulan, berikan MPASI yang bervariasi, bergizi, dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
- Batasi Konsumsi Gula: Hindari memberikan makanan dan minuman manis pada anak, termasuk susu kental manis.
- Berikan Contoh: Orang tua harus menjadi contoh dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi.
- Edukasi: Kita harus terus memberikan edukasi ke masyarakat, terutama ibu-ibu, tentang pentingnya gizi anak dan bahaya kental manis.
- Akses Makanan Bergizi: Pemerintah harus memastikan semua orang punya akses ke makanan bergizi, terutama di daerah-daerah yang sulit.
- Perbaikan Sanitasi: Sanitasi yang buruk bisa menyebabkan berbagai penyakit, termasuk yang menghambat pertumbuhan anak.
Pemerintah Juga Bertindak
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat juga menyadari seriusnya masalah stunting ini. "Stunting di Kalbar disebabkan oleh faktor lingkungan sebanyak 40%, sebanyak 30% disebabkan oleh perilaku masyarakat" jelas dr. Harrison. Jadi, selain masalah gizi, lingkungan dan perilaku masyarakat juga perlu diperbaiki. Selain peran keluarga, pemerintah juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengatasi masalah stunting. Perlu adanya regulasi yang lebih ketat terkait kandungan gula dalam produk makanan dan minuman, serta kampanye edukasi yang masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang.
Akhir Kata
Stunting itu bukan cuma masalah anak-anak, tapi masalah kita semua. Kita harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Mulai dari keluarga, masyarakat, hingga pemerintah. Kental manis mungkin terlihat manis, tapi dampaknya pahit banget buat masa depan anak-anak kita.