Kenapa Amerika Serikat Tidak Membentuk BUMN Seperti Negara Lain?
Membedah Pertanyaan Besar Tentang BUMN di Amerika Serikat
Ketika membicarakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), banyak negara di seluruh dunia—terutama di Asia, Eropa, dan bahkan beberapa di Amerika Latin—memiliki perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah untuk mengelola sektor-sektor strategis. Namun, Amerika Serikat justru dikenal tidak memiliki banyak BUMN seperti negara lain. Pertanyaan “Kenapa Amerika Serikat Tidak Membentuk BUMN seperti Negara Lain?” menjadi menarik karena negara ini dianggap sebagai kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Artikel ini akan membahas berbagai alasan di balik minimnya peran perusahaan milik pemerintah di Amerika Serikat. Dari kebijakan pasar bebas, dominasi sektor swasta, ideologi kapitalisme, hingga neoliberalisme yang semuanya menciptakan ekosistem di mana negara lebih memilih tidak terlibat langsung dalam pengelolaan bisnis secara umum.
Artikel ini juga akan mencoba memberikan perspektif tentang bagaimana sejarah ekonomi Amerika Serikat, individualisme ekonomi, dan kekuatan lobi korporasi membentuk sistem ekonomi yang saat ini kita lihat. Kami juga akan mengulas bagaimana langkah-langkah seperti regulasi dan antitrust, privatisasi industri, serta deregulasi usaha menjadi faktor penting dalam menjaga dominasi sektor swasta.
Mari kita telusuri secara sistematis dan mendalam, mengapa Amerika Serikat tidak menempuh jalur BUMN seperti kebanyakan negara lain.
![]() |
Amerika Serikat Tidak Membentuk BUMN |
Sejarah Ekonomi Amerika Serikat dan Pengaruh Ideologinya
Untuk memahami kenapa Amerika Serikat tidak membentuk BUMN seperti negara lain, kita perlu melihat sejarah ekonomi dan pengaruh ideologi yang telah tertanam kuat sejak negara ini berdiri.
1. Warisan Revolusi dan Semangat Anti-Pemerintah
Revolusi Amerika (1775–1783) yang berhasil membebaskan diri dari penjajahan Britania Raya meninggalkan warisan ideologi yang sangat kuat akan kemerdekaan individu dan kecurigaan terhadap campur tangan pemerintah berlebihan. Sejak saat itu, konsep “lebih sedikit peran pemerintah, lebih baik” menjadi salah satu landasan yang turut membentuk identitas bangsa.
Para pendiri Amerika Serikat, seperti Thomas Jefferson dan James Madison, menganjurkan pemerintahan terbatas. Meskipun pada praktiknya mereka masih merancang berbagai lembaga pemerintahan, prinsip ini pada akhirnya menjadi fondasi bagi kecenderungan publik untuk mengedepankan individu dan pasar ketimbang intervensi negara.
2. Munculnya Kapitalisme Liberal
Di abad ke-19, terutama setelah berakhirnya Perang Saudara Amerika (1861–1865), perekonomian Amerika Serikat memasuki masa pertumbuhan pesat yang sering disebut sebagai Era Rekonstruksi. Industri kereta api, manufaktur, dan pertambangan berkembang berkat investasi swasta yang melimpah dan ketersediaan sumber daya alam. Dalam periode inilah kapitalisme liberal—dengan pasar bebas dan hak milik pribadi yang diutamakan—menemukan momentum yang tak terbantahkan.
Neoliberalisme baru berkembang di abad ke-20, namun benih-benihnya sudah tertanam dalam kebijakan-kebijakan sebelumnya. Para pelaku bisnis besar (sering disebut “robber barons”) seperti John D. Rockefeller (Standard Oil), Andrew Carnegie (Carnegie Steel), dan Cornelius Vanderbilt (perkeretaapian) adalah bukti bagaimana swasta bisa mendominasi hampir seluruh sektor penting. Di sinilah kita melihat awal mula dominasi sektor swasta di Amerika Serikat.
3. Depresi Besar dan Intervensi Pemerintah Terbatas
Ketika terjadi Depresi Besar pada tahun 1930-an, pemerintahan Franklin D. Roosevelt memperkenalkan serangkaian kebijakan “New Deal” yang meningkatkan peran pemerintah dalam perekonomian. Meski demikian, tujuan utama New Deal bukan untuk membentuk BUMN jangka panjang, melainkan untuk menstabilkan sektor ekonomi dengan program pekerjaan, subsidi, dan regulasi perbankan.
Kita bisa melihat beberapa lembaga yang dibentuk pemerintah di era ini—seperti Tennessee Valley Authority (TVA) atau FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation)—tetapi entitas ini lebih berperan sebagai lembaga administratif atau penyedia layanan publik tertentu, bukan korporasi komersial sepenuhnya seperti BUMN di negara lain.
Baca juga : 5 Hal yang Harus Diubah Agar Indonesia Bisa Menjadi Negara Maju
Alasan Ideologis: Dominasi Kapitalisme dan Minimalisasi Peran Pemerintah
1. Ideologi Kapitalisme yang Menjadi Tulang Punggung
Amerika Serikat kerap disebut sebagai “kampiun kapitalisme,” di mana kebebasan ekonomi dan kepemilikan swasta merupakan dua pilar penting yang tidak dapat ditawar. Dominasi sektor swasta dianggap lebih efisien karena kompetisi pasar akan secara otomatis menyeimbangkan pasokan dan permintaan. Dengan kata lain, pasar bebas disebut mampu memaksimalkan efisiensi, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Konsep BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sering dipandang bertolak belakang dengan paham kapitalisme yang menekankan kebebasan individu dan pasar. Menurut para pendukung paham ini, keterlibatan pemerintah dalam kepemilikan perusahaan dapat menimbulkan distorsi pasar, kompetisi tidak sehat, dan penurunan efisiensi. Ini adalah salah satu jawaban utama kenapa Amerika Serikat tidak membentuk BUMN dalam skala besar.
2. Neoliberalisme dan Kebijakan Pasar Bebas
Neoliberalisme di Amerika Serikat mencapai puncaknya pada era pemerintahan Ronald Reagan (1981–1989). Sejak saat itu, mantra “pasar bebas” menjadi pegangan dalam berbagai kebijakan ekonomi, seperti deregulasi keuangan, pemotongan pajak, dan privatisasi industri. Fokusnya adalah meminimalkan peran pemerintah dalam bisnis dan mendorong peran investor swasta.
Meskipun beberapa sektor seperti pertahanan, kesehatan masyarakat, dan infrastruktur masih memerlukan campur tangan pemerintah, pendekatan umumnya tetap bersandar pada swasta. Langkah-langkah privatisasi pun diperkuat untuk memastikan bahwa keterlibatan negara dalam bisnis tidak semakin meluas.
3. Individualisme Ekonomi
Budaya Amerika Serikat dibangun di atas prinsip individualisme, di mana keberhasilan pribadi dan tanggung jawab individual dipandang sebagai cermin nilai bangsa. Bagi banyak warga Amerika, memulai bisnis sendiri lebih membanggakan ketimbang bekerja untuk pemerintah, apalagi berbisnis melalui korporasi milik negara.
Kebanggaan ini didorong oleh narasi “American Dream”: siapa saja, dengan kerja keras dan inovasi, dapat meraih kesuksesan finansial. Narasi ini mengakar kuat, memperkuat keyakinan bahwa swasta (individu dan korporasi) lebih tepat untuk memegang kendali sektor ekonomi dibandingkan negara.
Peran Regulasi dan Antitrust dalam Menghindari Pembentukan BUMN
1. Sejarah Regulasi dan Antitrust
Amerika Serikat memiliki sejarah yang panjang terkait regulasi dan hukum antitrust. Contoh pentingnya adalah “Sherman Antitrust Act” tahun 1890 dan “Clayton Antitrust Act” tahun 1914, yang ditujukan untuk mencegah monopoli dan memperkuat persaingan usaha.
Ide di balik regulasi antitrust adalah memastikan kompetisi tetap sehat dan menghindari lahirnya dominasi tunggal. Dengan sistem hukum antitrust yang kuat, pemerintah dapat membubarkan atau memecah perusahaan swasta yang dianggap terlalu dominan, seperti yang pernah terjadi pada Standard Oil pada awal abad ke-20.
2. Mengapa Regulasi Antitrust Mengurangi Dorongan Membentuk BUMN?
Jika sebuah negara tidak memiliki kerangka antitrust yang efektif, seringkali solusinya adalah membentuk BUMN untuk menyeimbangkan kekuatan monopolistik swasta. Namun, di Amerika Serikat, pendekatannya berbeda: pemerintah lebih suka membatasi, memecah, atau mendenda perusahaan swasta yang terlalu dominan daripada terlibat sebagai pemilik perusahaan.
Mekanisme antitrust dan regulasi seperti ini menjaga persaingan di pasar tanpa harus membawa pemerintah masuk ke bisnis sebagai pemilik. Ini juga selaras dengan ideologi kapitalisme dan prinsip minimalisasi peran pemerintah.
3. Kekuatan Lobi Korporasi dan Legislasi
Kekuatan lobi korporasi di Amerika Serikat juga memainkan peran penting dalam mencegah munculnya BUMN. Perusahaan besar seperti raksasa teknologi, farmasi, atau keuangan, sering mengeluarkan dana besar untuk memengaruhi kebijakan di Kongres. Dengan kekuatan lobi yang masif, berbagai perusahaan swasta berusaha mempertahankan regulasi yang menguntungkan mereka—termasuk regulasi yang mencegah pembentukan BUMN di sektor-sektor strategis.
Jika pemerintah ingin membentuk BUMN, prosesnya akan dibahas di lembaga legislatif yang tentu akan menghadapi tekanan dari para pelobi korporasi. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa pemerintah Amerika Serikat pada akhirnya cenderung lebih memilih partnering atau memberikan subsidi kepada sektor swasta ketimbang sepenuhnya mengambil alih industri.
Perbandingan BUMN Global: Mengapa Beberapa Negara Justru Membentuk BUMN?
Untuk melihat kenapa Amerika Serikat tidak membentuk BUMN secara masif, kita harus membandingkan dengan negara-negara yang justru memiliki BUMN besar. Sebut saja Tiongkok, Singapura, Prancis, atau Jerman. Mengapa mereka mengambil langkah sebaliknya?
- Kebutuhan Strategis: Negara seperti Tiongkok menganggap sektor energi, telekomunikasi, dan transportasi sebagai sektor sangat strategis yang tidak boleh sepenuhnya diserahkan ke pasar bebas. Sedangkan di AS, sektor-sektor itu diatur oleh pemerintah, tetapi kepemilikan umumnya di tangan swasta.
- Model Sosial Ekonomi Berbeda: Banyak negara Eropa menganut model ekonomi campuran, di mana negara memiliki peran signifikan tapi tidak mendominasi. Amerika Serikat lebih menekankan pada pasar untuk mengefisiensi alokasi sumber daya.
- Sejarah dan Ideologi: Bekas negara komunis (seperti Tiongkok) atau negara dengan sejarah kolonial tertentu kadang memprioritaskan BUMN sebagai alat kemandirian ekonomi. AS, sebaliknya, lahir dan tumbuh bersama dengan prinsip individualisme ekonomi.
Pada akhirnya, setiap negara memiliki konteks sejarah, politik, dan ekonomi yang berbeda. Ketiadaan BUMN di Amerika Serikat, atau minimalnya jumlah BUMN di sana, bukan berarti salah atau benar, melainkan cerminan pilihan kebijakan yang didasari oleh kultur, ideologi, dan pengalaman sejarah.
Baca juga : Seberapa Parah Kesenjangan Ekonomi di Indonesia? Data dan Fakta Terkini
Faktor Ekonomi: Efisiensi Pasar Modal dan Peran Investor Swasta
1. Pasar Modal yang Sangat Maju
Amerika Serikat memiliki salah satu pasar modal paling maju dan terbesar di dunia, seperti NYSE (New York Stock Exchange) dan NASDAQ. Sistem ini memungkinkan perusahaan mencari dana melalui initial public offering (IPO), penerbitan obligasi, atau instrumen lainnya dengan jauh lebih mudah dibandingkan negara lain.
Keberadaan pasar modal yang efisien membuat peran pemerintah sebagai penyokong dana—yang biasanya dijalankan oleh BUMN di negara lain—relatif kurang dibutuhkan. Perusahaan dapat berkembang pesat berkat suntikan modal dari investor lokal hingga internasional, dan ini sudah menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
2. Inovasi dan Kompetisi yang Tinggi
Budaya inovasi juga sangat kuat di Amerika Serikat. Dari Silicon Valley hingga ekosistem startup di berbagai negara bagian, lahir perusahaan-perusahaan besar teknologi, farmasi, dan manufaktur. Kompetisi antarperusahaan swasta—yang berlomba-lomba memenangkan pasar—justru dianggap sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas produk.
Jika pemerintah turun ke medan bisnis dengan status kepemilikan yang besar, kekhawatirannya adalah penurunan kompetisi dan penyusutan ruang inovasi. Hal ini kontradiktif dengan prinsip pasar bebas yang dijunjung tinggi di Amerika Serikat.
3. Risiko dan Keuntungan Bagi Investor
Amerika Serikat sudah terbiasa dengan sistem di mana para pemegang saham atau pemilik modal menanggung risiko bisnis dengan harapan mendapatkan keuntungan. Dalam model BUMN, pemerintah (dan pada akhirnya rakyat pembayar pajak) yang memikul risiko ketika suatu proyek gagal.
Dengan menyerahkan sektor bisnis pada investor swasta, risiko kerugian ditanggung oleh individu atau lembaga swasta, bukan oleh negara. Hal ini dianggap lebih adil sesuai prinsip kapitalisme, di mana reward (keuntungan) dan risk (kerugian) ditanggung oleh pihak yang sama—yaitu para pemilik modal.
Deregulasi Usaha dan Pengaruh Ideologi Liberal
1. Dorongan Deregulasi Sejak Tahun 1970-an
Amerika Serikat sejak dekade 1970-an terus mendorong deregulasi di berbagai sektor, seperti maskapai penerbangan, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi melalui persaingan dan harga yang lebih kompetitif.
Langkah deregulasi ini semakin mengukuhkan posisi swasta sebagai motor penggerak utama perekonomian. Jika pemerintah rajin melakukan deregulasi, maka secara logis upaya untuk membuat BUMN dalam sektor-sektor yang sama juga berkurang, karena pasar lebih dipercaya sebagai penentu alokasi sumber daya.
2. Pengaruh Ideologi Liberal di Washington
Partai-partai politik di Amerika Serikat—baik Partai Demokrat maupun Partai Republik—pada dasarnya sama-sama menghargai prinsip kapitalisme. Meskipun Partai Demokrat cenderung lebih progresif dalam kebijakan sosial, keduanya secara umum mendukung swasta sebagai pemain utama dalam ekonomi.
Kaum konservatif (yang kerap mendominasi Partai Republik) lebih keras dalam menolak campur tangan pemerintah. Sementara kaum moderat-liberal (di Partai Demokrat) cenderung memberikan subsidi atau stimulus, tapi tetap jarang mendorong pembentukan BUMN. Hasilnya, tidak ada dukungan politik yang cukup kuat untuk menasionalisasi atau membentuk perusahaan milik negara dalam skala besar.
Baca juga : Mengapa Investor Asing Tinggalkan Indonesia dan Beralih ke Vietnam? Ini Alasannya!
Kesimpulan
Alasan Fundamental Amerika Serikat Enggan Membentuk BUMN
Dari uraian panjang di atas, kita bisa menarik beberapa benang merah mengapa Amerika Serikat tidak membentuk banyak BUMN:
- Sejarah dan Ideologi: Sejak era Revolusi, Amerika Serikat telah dibangun dengan semangat kebebasan individu dan kecurigaan pada peran pemerintah yang terlalu besar. Warisan ini tercermin dalam ideologi kapitalisme dan individualisme ekonomi.
- Kebijakan Pasar Bebas dan Neoliberalisme: Perkembangan kebijakan ekonomi, terutama sejak era Reagan, menekankan privatisasi dan deregulasi. Amerika Serikat lebih memilih menstimulasi dominasi sektor swasta daripada mengelola perusahaan sendiri.
- Regulasi dan Antitrust: Ketimbang membentuk BUMN untuk menandingi korporasi raksasa, AS memilih menyusun perangkat regulasi seperti hukum antitrust untuk memastikan kompetisi tetap berjalan sehat.
- Kekuatan Lobi dan Minimnya Dukungan Politik: Kekuatan lobi korporasi yang besar, serta keterbatasan dukungan politik dari kedua partai utama, membuat upaya pembentukan BUMN menjadi tidak populer.
- Efisiensi Pasar Modal: Amerika Serikat memiliki pasar modal yang paling maju di dunia, membuat peran pemerintah sebagai sumber dana atau manajer bisnis dianggap kurang diperlukan. Inovasi dan kompetisi swasta dianggap sebagai kunci pertumbuhan yang berkelanjutan.
- Deregulasi Usaha dan Pengaruh Ideologi Liberal: Kepercayaan bahwa pasar bebas—dengan sedikit regulasi—dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan efisiensi juga menghalangi munculnya ide pembentukan BUMN.
Secara keseluruhan, Amerika Serikat adalah contoh nyata sebuah ekonomi berbasis pasar bebas yang mengakar kuat pada nilai-nilai kapitalisme. Pembuatan BUMN tidak sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, meski di beberapa sektor negara masih turun tangan, keterlibatan ini lebih banyak berbentuk regulasi, subsidi, atau kontrak pemerintah, bukan kepemilikan perusahaan.
FAQ
Apakah Amerika Serikat sama sekali tidak memiliki BUMN?
Tidak sepenuhnya benar. Amerika Serikat memiliki beberapa entitas yang mirip dengan BUMN, seperti US Postal Service atau Tennessee Valley Authority (TVA). Namun, peran dan jumlahnya relatif kecil dibandingkan negara lain.Apakah hanya faktor ideologi yang membuat AS tidak memiliki BUMN?
Bukan hanya ideologi. Selain ideologi kapitalisme, faktor lain seperti regulasi antitrust, efisiensi pasar modal, dan kekuatan lobi korporasi turut berkontribusi.Apakah sistem ini sepenuhnya menguntungkan bagi Amerika Serikat?
Semua sistem memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, pasar bebas mendorong inovasi dan kompetisi. Kekurangannya, ketimpangan sosial dan kesenjangan ekonomi bisa lebih lebar jika pemerintah tidak menyediakan jaring pengaman sosial yang memadai.Bagaimana peran pemerintah dalam sektor strategis di Amerika Serikat?
Pemerintah masih berperan melalui regulasi, pemberian subsidi, dan kontrak (misalnya, dalam sektor pertahanan dan riset). Namun, kepemilikan langsung pemerintah dalam perusahaan di sektor-sektor ini sangat terbatas.Mengapa Tiongkok dan negara lain bisa membangun BUMN yang besar?
Karena konteks sejarah, ideologi, dan kebutuhan strategis mereka berbeda. Negara-negara tersebut menganggap campur tangan negara sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan nasional.Apakah mungkin suatu hari Amerika Serikat akan mengubah sistem dan membentuk BUMN besar-besaran?
Secara teori mungkin, namun secara politik dan ideologis hal ini sangat tidak populer. Dibutuhkan perubahan besar dalam opini publik dan arsitektur kebijakan untuk mewujudkan hal itu.Apa dampak BUMN bagi masyarakat jika diimplementasikan di AS?
BUMN dapat memberikan kontrol pemerintah yang lebih besar terhadap harga dan ketersediaan layanan. Namun, efek sampingnya bisa berupa kurangnya kompetisi, potensi inefisiensi, dan penggunaan dana publik untuk menanggung risiko bisnis.Bagaimana kebijakan pasar bebas mencegah pembentukan BUMN?
Pasar bebas mendorong kompetisi antarswasta dan meminimalisasi intervensi pemerintah. Dalam kerangka ini, pemerintah tidak diharapkan untuk terjun sebagai pemilik usaha, melainkan sebagai pengatur saja.
Dengan mempelajari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, diharapkan Anda memahami lebih jelas alasan Amerika Serikat memilih tidak membentuk BUMN sebagaimana negara-negara lain. Keputusan ini memang sangat dipengaruhi oleh sejarah, budaya, dan ideologi yang membangun wajah ekonomi Amerika hingga hari ini.